Hambatan Komunikasi Terapeutik
PerawatBaik.com - Assalamualaikum wr.wb.
Salam sehat dan semangat para sahabat Perawat Baik... 😇
Perawat adalah profesi yang tidak hanya berfokus pada perawatan individu, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat agar dapat mencapai, memulihkan, atau mempertahankan kesehatan yang optimal dari lahir hingga meninggal.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam memberikan pelayanan adalah dengan melakukan komunikasi. Komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat bukanlah komunikasi biasa, melainkan memiliki tujuan yang bersifat terapi yang pada bahasan sebelumnya telah kita bahas yaitu Komunikasi Terapeutik dan Teknik Komunikasi Terapeutik.
Pada artikel kali ini, kita akan membahas hal-hal yang menjadi Hambatan Komunikasi Terapeutik.
Sebelum membahas mengenai Hambatan Komunikasi Terapeutik, kita akan membahas mengenai Komponen Komunikasi Terapeutik terlebih dahulu sehingga kita sebagai perawat dapat memahami komponen apa saja yang perlu diperhatikan sebelum melakukan komunikasi terapeutik antara perawat dan klien.
Komponen Komunikasi Terapeutik
1. Pengirim
Pengirim adalah seseorang yang menjadi asal dari pesan.
Misalnya seorang perawat akan menyampaikan pesan kepada klien, maka perawat dapat disebut sebagai pengirim pesan tersebut.
2. Pesan
Pesan adalah suatu informasi yang akan disampaikan atau dipindahkan dari pengirim pesan kepada penerima.
Gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti pada saat menyampaikan pesan.
3. Penerima
Penerima adalah orang yang menerima pesan dan yang akan mempersepsikan pesan yang diterima dari pengirim. Dalam hal ini perilaku dapat dipengaruhi oleh isi dari pesan.
4. Umpan balik
Umpan balik adalah respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan.
Umpan balik ini dapat berupa respon yang positif maupun respon yang negatif. Jadi tetap persiapkan diri ketika menyampaikan pesan ya sahabat Perawat Baik.
5. Konteks
Konteks ini adalah tatanan dimana komunikasi terjadi.
Konteks yang dibicarakan juga jelas.
Jika dalam melakukan proses komunikasi terapeutik memperhatikan komponen komunikasi tersebut kita akan mampu menghindari masalah-masalah yang spesifik ataupun kesalahan yang potensial terjadi.
Karakteristik Perawat dalam Komunikasi Terapeutik
Karakteristik perawat ini penting untuk menumbuhkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Terdapat beberapa karakteristik perawat antara lain:
1. Kejujuran (trustworthy)
Kejujuran adalah modal utama bagi seorang perawat yang akan menjalin hubungan saling percaya antara perawat dan klien. Sahabat bisa membaca kembali tentang ini pada artikel sebelumnya tentang Komunikasi Terapeutik dan Teknik Komunikasi Terapeutik.
2. Tidak membingungkan dan cukup Ekspresif
Dalam berkomunikasi penting bagi seorang perawat menyampaikan informasi dengan kata-kata yang tidak membingungkan dan lebih mudah dimengerti klien.
3. Bersikap Positif
Bersikap positif disini artinya adalah perawat menunjukkan sikap yang hangat, ramah, dan tersenyum.
4. Empati, bukan Simpati
Sikap empati sangat dibutuhkan oleh seorang perawat dalam memberikan asuhan keperwatan.
Dengan sikap empati, perawat dapat merasakan dan memikirkan permasalahan klien.
Tetapi sikap simpati dapat membuat perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena perawat terlibat secara emosional dan berlarut-larut di dalamnya.
5. Melihat permasalahan dari sudut pandang klien
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat harus mampu berorientasi pada klien sehingga mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien.
Perawat harus melihat juga dari sisi sudut pandang klien. Dengan demikian perawat dapat membantu dalam memberikan masukan dalam menentukan pilihan maupun jalan penyelesaian masalah dengan baik.
6. Menerima klien
Sikap perawat kepada klien adalah menerima dengan baik, tulus, sehingga klien merasa nyaman dan hubungan dapat berjalan dengan baik.
Memberikan penilaian ataupun mengkritik klien berdasarkan nilai yang diyakini oleh perawat dapat menunjukkan sikap tidak menerima klien apa adanya.
7. Sensitif terhadap perasaan klien
Dengan memahami perasaan klien, perawat dapat menjaga hal-hal dari pelanggaran privasi maupun menyinggung perasaan klien.
8. Tidak mudah dipengaruhi
Maksud dari tidak dipengaruhi ini adalah dengan tidak membawa hal-hal yang berkaitan dengan kejadian sebelumnya antara perawat dan klien yang terjadi. Pada saat perawat melakukan interaksi dengan klien tidak membawa masalah pribadi yang sedang terjadi.
Hambatan Komunikasi Terapeutik
Dalam melakukan komunikasi terapeutik, setiap orang yang berinteraksi akan berbeda dalam mempresepsikan pesan yang diterima. Hal ini akan mempengaruhi tujuan awal dari komunikasi terapeutik yang seharusnya menjadi terapi malah akan menimbulkan masalah baru.
Dengan memperhatikan hal-hal yang dapat menjadi hambatan dalam melakukan komunikasi terapeutik diharapkan dapat meminimalisir efek yang ditimbulkan.
Beberapa hambatan yang mempengaruhi komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut:
1. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu hal yang terjadi. Persepsi dapat terbentuk dari apa yang diharapkan seseorang dan berdasarkan pada pengalaman.
Setiap orang akan berbeda dalam merasakan, menginterpretasikan, dan memahami pesan yang diterima. Perbedaan persepsi dari pesan yang diterima akan menjadi kendala dalam komunikasi sehingga pesan yang seharusnya tidak tercapai.
Perlu bagi kita untuk menyatukan persepsi dengan meminta klien mengulang informasi yang diterima.
2. Nilai
Nilai adalah sesuatu hal yang dianggap penting dan dapat mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku seseorang.
Penting bagi seorang perawat memperhatikan nilai yang ada pada klien. Nilai-nilai ini dapat berupa nilai kepercayaan, adat istiadat, maupun hal-hal yang ada di dalam keluarga.
3. Perkembangan
Sebelum melakukan komunikasi terapeutik yang efektif, perawat harus memahami perkembangan bahasa dan proses berpikir klien. Kedua hal ini akan mempengaruhi bagaimana cara perawat berinteraksi dengan klien sehingga dapat berinteraksi dengan baik.
4. Emosi
Dalam menyampaikan pesan, emosi dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima pesan, yang dapat menyebabkan klien dapat salah menginterpretasikan isi dari pesan.
Emosi adalah perasaan subjektif seseorang dalam mengepresikan peristiwa yang dialaminya.
Perawat yang akan menyampaikan pesan harus terlebih dahulu memperhatikan emosi yang sedang terjadi pada klien.
5. Latar belakang Sosiokultural
Budaya adalah cara hidup seseorang yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang.
Biasanya budaya seseorang akan ditunjukkan dengan tingkah laku.
Perbedaaan bahasa dan budaya dapat menghambat proses komunikasi. Sehingga untuk keadaan seperti ini, saat perawat melakukan komunikasi dan perawatan membutuhkan seseorang penerjemah untuk mempermudah proses komunikasi.
6. Jenis kelamin
Pria dan wanita memiliki ciri khas tersendiri dalam melakukan komunikasi yang dapat mempengaruhi satu sama lainnya. Biasanya wanita akan lebih menjalin hubungan komunikasi dibandingkan dengan pria.
Perawat perlu memperhatikan perbedaan ini sehingga dapat menjalin komunikasi dengan baik.
7. Pengetahuan
Terkadang komunikasi akan sangat sulit ketika perawat melakukan komunikasi kepada klien dengan tingkat pendidikan yang berbeda.
Dalam hal ini, perawat perlu mengkaji tingkat pengetahuan klien demi mempermudah menyampaikan informasi. Perawat perlu menggunakan bahasa dan kata-kata yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh klien.
8. Peran dan Hubungan
Pada saat berkomunikasi dengan rekan sejawat, perawat akan merasa lebih santai dan lebih nyaman. Berbeda dengan saat perawat dan klien berinteraksi akan lebih sopan dan menghormati klien.
Perawat dan klien berkomunikasi dalam tatanan peran dan hubungan.
Disini perlu dilakukan hubungan saling percaya dengan menerapkan Komunikasi Terapeutik.
Baca: Tahapan atau Fase Komunikasi Terapeutik
Dengan menjalin hubungan saling percaya dapat dengan mudah menghubungkan ide dan perasaan yang ada.
9. Ruang dan Teritoral
Teritorial adalah hak yang ada pada seseorang pada suatu daerah. Hal ini perlu diperhatikan untuk melihat kecemasan ataupun perasaan hilang kontrol. Sedangkan dalam melakukan komunikasi, penggunaan jarak pada ruangan sangat penting diperhatikan.
Pada saat komunikasi terapeutik, jarak antara perawat dan klien dalam suatu ruangan adalah 20 cm, sedangkan komunikasi sosial dengan jarak 120 cm.
Tetapi perlu diingat ya sahabat perawat baik di saat musim covid 19 ini, tetap perlu memperhatikan jarak aman antara perawat dan klien ya, minimal adalah jarak aman dan tetap menggunakan APD yang sesuai ya.
10. Lingkungan
Lingkungan pada saat melakukan komunikasi terapeutik sebaiknya adalah lingkungan yang nyaman, ruangan yang tenang, yang tidak bising, maupun gangguan lainnya.
Dengan lingkungan yang nyaman dan tenang proses penyampaian informasi akan semakin mudah untuk diterima.
Nah sahabat, Itulah 10 hal yang dapat menjadi Hambatan Komunikasi Terapeutik, menghambat proses penyampaian dan penerimaan informasi dari komunikasi terapeutik.
Dengan memperhatikan hambatan-hambatan yang ada, diharapkan akan membantu perawat dalam menyampaikan informasi dan mengurangi terjadinya miskomunikasi, sehingga tujuan dari komunikasi terapeutik sebagai terapi akan dapat terwujud dengan baik.
Jika ada pertanyaan, share informasi, atau pengalaman unik ataupun lucu dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan klien, jangan sungkan untuk menyampaikannya di kolom komentar di bawah ya... 😁
Jangan lupa juga untuk subscribe lewat email di form Subscribe di bagian paling bawah blog ya... Biar selalu update pemberitahuan setiap kita upload artikel terbaru. 😘
sumbernya dimana masbro?
BalasHapus